Sumatra

Sumatra 

Medan Sumatra Utara, Palembang Sumatra Selatan , Bandar Lampung Lampung, Batam Kepulauan Riau, Pekanbaru Riau , Padang Sumatra Barat , Jambi- Jambi, Bengkulu  - Bengkulu, Dumai - Riau, Pematangsiantar - Sumatra Utara, Binjai Sumatra Utara , Banda Aceh - Aceh, Lubuklinggau-Sumatra Selatan, Tanjungbalai - Sumatra Utara , Tebing Tinggi - Sumatra Utara


Sumatra Sumatra Topography.png Topografi Pulau Sumatra . Geografi Lokasi Asia Tenggara Koordinat 0°00′N 102°00′E Kepulauan Kepulauan Sunda Besar Luas 473.481 km2 Peringkat luas ke-6 Titik tertinggi Kerinci (3.805 m) Pemerintahan Negara Indonesia Provinsi Aceh Sumatra Utara Sumatra Barat Riau Kepulauan Riau Jambi Bengkulu Sumatra Selatan Kepulauan Bangka Belitung Lampung Kota terbesar Medan (2.479.560 (2018) jiwa) 

Demografi Penduduk 57.940.351 jiwa (2018) Kepadatan 96 jiwa/km2 Kelompok etnis Aceh, Alas, Batak, Gayo, Minangkabau, Suku Lampung, Melayu, Rejang Sumatra (bentuk tidak baku: Sumatera)[1] adalah pulau keenam terbesar di dunia yang terletak di Indonesia, dengan luas 473.481 km². Penduduk pulau ini sekitar 57.940.351 (sensus 2018). Pulau ini dikenal pula dengan nama lain yaitu Pulau Percha, Andalas, atau Suwarnadwipa (bahasa Sanskerta, berarti "pulau emas"). Kemudian pada Prasasti Padang Roco tahun 1286 dipahatkan swarnnabhūmi (bahasa Sanskerta, berarti "tanah emas") dan bhūmi mālayu ("Tanah Melayu") untuk menyebut pulau ini. Selanjutnya dalam naskah Negarakertagama dari abad ke-14 juga kembali menyebut "Bumi Malayu" (Melayu) untuk pulau ini. Daftar isi 1 Etimologi 1.1 Samudra menjadi Sumatra 2 Sejarah 3 Penduduk 4 Transportasi 5 Ekonomi 6 Geografis 6.1 Gunung-gunung di Sumatra yang berketinggian di atas 2.500 meter dpl 7 Administrasi 7.1 Provinsi 7.2 Kota besar 7.3 Kota inti menurut jumlah penduduk 8 Bahasa 9 Budaya 10 Lihat pula 11 Referensi 12 Pranala luar Etimologi Asal nama Sumatra berawal dari keberadaaan Kerajaan Samudra (terletak di pesisir timur Aceh). Diawali dengan kunjungan Ibnu Batutah, petualang asal Maroko ke negeri tersebut pada tahun 1345, dia melafalkan kata Samudra menjadi Samatrah, dan kemudian menjadi Sumatra, selanjutnya nama ini tercantum dalam peta-peta abad ke-16 buatan Portugis, untuk dirujuk pada pulau ini, sehingga kemudian dikenal meluas sampai sekarang.[2] Nama asli Sumatra, sebagaimana tercatat dalam sumber-sumber sejarah dan cerita-cerita rakyat, adalah "Pulau Emas". Istilah Pulau Ameh (bahasa Minangkabau, berarti pulau emas) kita jumpai dalam cerita Cindua Mato dari Minangkabau. Dalam cerita rakyat Lampung tercantum nama tanoh mas untuk menyebut pulau Sumatra. Seorang musafir dari Tiongkok yang bernama I-tsing (634-713) yang bertahun-tahun menetap di Sriwijaya (Palembang sekarang) pada abad ke-7, menyebut Sumatra dengan nama chin-chou yang berarti "negeri emas". Dalam berbagai prasasti, Sumatra disebut dalam bahasa Sanskerta dengan istilah: Suwarnadwipa ("pulau emas") atau Suwarnabhumi ("tanah emas"). Nama-nama ini sudah dipakai dalam naskah-naskah India sebelum Masehi. Naskah Buddha yang termasuk paling tua, Kitab Jataka, menceritakan pelaut-pelaut India menyeberangi Teluk Benggala ke Suwarnabhumi. Dalam cerita Ramayana dikisahkan pencarian Dewi Sinta, istri Rama yang diculik Rahwana, sampai ke Suwarnadwipa. Para musafir Arab menyebut Sumatra dengan nama "Serendib" (tepatnya: "Suwarandib"), transliterasi dari nama Suwarnadwipa. Abu Raihan Al-Biruni, ahli geografi Persia yang mengunjungi Sriwijaya tahun 1030, mengatakan bahwa negeri Sriwijaya terletak di pulau Suwarandib. Namun ada juga orang yang mengidentifikasi Serendib dengan Srilangka, yang tidak pernah disebut Suwarnadwipa. Di kalangan bangsa Yunani purba, Sumatra sudah dikenal dengan nama Taprobana. Nama Taprobana Insula telah dipakai oleh Klaudios Ptolemaios, ahli geografi Yunani abad kedua Masehi, tepatnya tahun 165, ketika dia menguraikan daerah Asia Tenggara dalam karyanya Geographike Hyphegesis. Ptolemaios menulis bahwa di pulau Taprobana terdapat negeri Barousai. Mungkin sekali negeri yang dimaksudkan adalah Barus di pantai barat Sumatra, yang terkenal sejak zaman purba sebagai penghasil kapur barus. Naskah Yunani tahun 70, Periplous tes Erythras Thalasses, mengungkapkan bahwa Taprobana juga dijuluki chryse nesos, yang artinya ‘pulau emas’. Sejak zaman purba para pedagang dari daerah sekitar Laut Tengah sudah mendatangi Nusantara, terutama Sumatra. Di samping mencari emas, mereka mencari kemenyan (Styrax sumatrana) dan kapur barus (Dryobalanops aromatica) yang saat itu hanya ada di Sumatra. Sebaliknya, para pedagang Nusantara pun sudah menjajakan komoditi mereka sampai ke Asia Barat dan Afrika Timur, sebagaimana tercantum pada naskah Historia Naturalis karya Plini abad pertama Masehi. Dalam kitab umat Yahudi, Melakim (Raja-raja), fasal 9, diterangkan bahwa Nabi Sulaiman a.s. raja Israil menerima 420 talenta emas dari Hiram, raja Tirus yang menjadi bawahan dia. Emas itu didapatkan dari negeri Ofir. Kitab Al-Qur’an, Surat Al-Anbiya’ 81, menerangkan bahwa kapal-kapal Nabi Sulaiman berlayar ke “tanah yang Kami berkati atasnya” (al-ardha l-lati barak-Na fiha). Banyak ahli sejarah yang berpendapat bahwa negeri Ophir itu terletak di Sumatra (Gunung Ophir di Pasaman Barat, Sumatra Barat yang sekarang bernama Gunung Talamau?). Perlu dicatat, kota Tirus merupakan pusat pemasaran barang-barang dari Timur Jauh. Ptolemaios pun menulis Geographike Hyphegesis berdasarkan informasi dari seorang pedagang Tirus yang bernama Marinus. Dan banyak petualang Eropa pada abad ke-15 dan ke-16 mencari emas ke Sumatra dengan anggapan bahwa di sanalah letak negeri Ofir Nabi Sulaiman a.s. Samudra menjadi Sumatra Kata yang pertama kali menyebutkan nama Sumatra berasal dari gelar seorang raja Sriwijaya Haji Sumatrabhumi ("Raja tanah Sumatra"),[3] berdasarkan berita China ia mengirimkan utusan ke China pada tahun 1017. Pendapat lain menyebutkan nama Sumatra berasal dari nama Samudra, kerajaan di Aceh pada abad ke-13 dan abad ke-14. Para musafir Eropa sejak abad ke-15 menggunakan nama kerajaan itu untuk menyebut seluruh pulau. Sama halnya dengan pulau Kalimantan yang disebut Borneo, dari nama Brunai, daerah bagian utara pulau itu yang mula-mula didatangi orang Eropa. Demikian pula pulau Lombok tadinya bernama Selaparang, sedangkan Lombok adalah nama daerah di pantai timur pulau Selaparang yang mula-mula disinggahi pelaut Portugis. Peralihan Samudra (nama kerajaan) menjadi Sumatra (nama pulau) menarik untuk ditelusuri. Odorico da Pordenone dalam kisah pelayarannya tahun 1318 menyebutkan bahwa dia berlayar ke timur dari Koromandel, India, selama 20 hari, lalu sampai di kerajaan Sumoltra. Ibnu Bathutah bercerita dalam kitab Rihlah ila l-Masyriq (Pengembaraan ke Timur) bahwa pada tahun 1345 dia singgah di kerajaan Samatrah. Pada abad berikutnya, nama negeri atau kerajaan di Aceh itu diambil alih oleh musafir-musafir lain untuk menyebutkan seluruh pulau. Pada tahun 1490 Ibnu Majid membuat peta daerah sekitar Samudra Hindia dan di sana tertulis pulau "Samatrah". Peta Ibnu Majid ini disalin oleh Roteiro tahun 1498 dan muncullah nama "Camatarra". Peta buatan Amerigo Vespucci tahun 1501 mencantumkan nama "Samatara", sedangkan peta Masser tahun 1506 memunculkan nama "Samatra". Ruy d’Araujo tahun 1510 menyebut pulau itu "Camatra", dan Alfonso Albuquerque tahun 1512 menuliskannya "Camatora". Antonio Pigafetta tahun 1521 memakai nama yang agak ‘benar’: "Somatra". Tetapi sangat banyak catatan musafir lain yang lebih ‘kacau’ menuliskannya: "Samoterra", "Samotra", "Sumotra", bahkan "Zamatra" dan "Zamatora". Catatan-catatan orang Belanda dan Inggris, sejak Jan Huygen van Linschoten dan Sir Francis Drake abad ke-16, selalu konsisten dalam penulisan Sumatra. Bentuk inilah yang menjadi baku, dan kemudian disesuaikan dengan lidah Indonesia: Sumatra Sejarah [icon] Bagian ini memerlukan pengembangan. Anda dapat membantu dengan mengembangkannya. Penduduk Secara umum, pulau Sumatra didiami oleh bangsa Melayu, yang terbagi ke dalam beberapa suku. Suku-suku besar ialah Aceh, Batak, Melayu, Minangkabau, Besemah, Rejang, Ogan, Komering, dan Lampung. Di wilayah pesisir timur Sumatra dan di beberapa kota-kota besar seperti Medan, Batam, Palembang, Pekanbaru, dan Bandar Lampung, banyak bermukim etnis Tionghoa dan India. Penduduk pulau Sumatra hanya terkonsentrasi di wilayah Sumatra Timur dan dataran tinggi Minangkabau. Mata pencaharian penduduk Sumatra sebagian besar sebagai petani, nelayan, dan pedagang. Penduduk Sumatra mayoritas beragama Islam dan sebagian kecil merupakan penganut ajaran Kristen Protestan, terutama di wilayah Tapanuli dan Toba-Samosir, Sumatra Utara. Di wilayah perkotaan, seperti Medan, Pekanbaru, Batam, Pangkal Pinang, Palembang, dan Bandar Lampung dijumpai beberapa penganut Buddha. Transportasi Kota-kota di pulau Sumatra dihubungkan oleh empat ruas jalan lintas, yakni lintas tengah, lintas timur, lintas barat dan lintas pantai timur yang melintang dari barat laut - tenggara Sumatra. Selain itu terdapat pula ruas jalan yang melintang dari barat - timur, seperti ruas Bengkulu - Palembang, Padang - Jambi, serta Padang - Dumai - Medan. Di beberapa bagian pulau Sumatra, kereta api merupakan sarana transportasi alternatif. Di bagian selatan, jalur kereta api bermula dari Pelabuhan Panjang (Lampung) hingga Lubuk Linggau dan Palembang (Sumatra Selatan). Di tengah pulau Sumatra, jalur kereta api hanya terdapat di Sumatra Barat. Jalur ini menghubungkan antara kota Padang dengan Sawah Lunto dan kota Padang dengan kota Pariaman. Semasa kolonial Belanda hingga tahun 2001, jalur Padang - Sawah Lunto dipergunakan untuk pengangkutan batu bara. Tetapi semenjak cadangan batu bara di Ombilin mulai menipis, maka jalur ini tidak berfungsi lagi. Sejak akhir tahun 2006, pemerintah provinsi Sumatra Barat, kembali mengaktifkan jalur ini sebagai jalur kereta wisata. Di utara Sumatra, jalur kereta api membentang dari kota Medan sampai ke kota Rantau Prapat. Pada jalur ini, kereta api dipergunakan sebagai sarana pengangkutan kelapa sawit dan penumpang. Penerbangan internasional dilayani dari Banda Aceh (Bandar Udara Internasional Sultan Iskandar Muda), Medan (Bandar Udara Internasional Kuala Namu), Padang (Bandara Internasional Minangkabau, Batam (Bandar Udara Internasional Hang Nadim), Tanjungpinang (Bandar Udara Internasional Raja Haji Fisabilillah) dan Palembang (Bandar Udara Internasional Sultan Mahmud Badaruddin II). Sedangkan pelabuhan kapal laut ada di Belawan (Medan), Teluk Bayur (Padang), Batam Centre (Batam), Bulang Linggi (Bintan), Sri Bintan Pura (Tanjungpinang) dan Bakauheni (Lampung). Ekonomi Pulau Sumatra merupakan pulau yang kaya dengan hasil bumi. Dari lima provinsi kaya di Indonesia, tiga provinsi terdapat di pulau Sumatra, yaitu provinsi Aceh, Riau dan Sumatra Selatan. Hasil-hasil utama pulau Sumatra ialah kelapa sawit, tembakau, minyak bumi, timah, bauksit, batu bara dan gas alam. Hasil-hasil bumi tersebut sebagian besar diolah oleh perusahaan-perusahaan asing. Tempat-tempat penghasil barang tambang ialah: Arun (Aceh), menghasilkan gas alam. Pangkalan Brandan (Sumatra Utara), menghasilkan minyak bumi Duri, Dumai, dan Bengkalis (Riau), menghasilkan minyak bumi. Tanjung Enim (Sumatra Selatan), menghasilkan batu bara. Lahat (Sumatra Selatan), menghasilkan batu bara. Plaju dan Sungai Gerong (Sumatra Selatan), menghasilkan minyak bumi. Tanjungpinang (Kepulauan Riau), menghasilkan bauksit. Natuna dan Kepulauan Anambas (Kepulauan Riau), menghasilkan minyak bumi dan gas alam. Singkep (Kepulauan Riau), menghasilkan timah. Karimun (Kepulauan Riau), menghasilkan granit. Indarung (Sumatra Barat), menghasilkan semen. Sawahlunto (Sumatra Barat), menghasilkan batubara. Beberapa kota di pulau Sumatra, juga merupakan kota perniagaan yang cukup penting. Medan kota terbesar di pulau Sumatra, merupakan kota perniagaan utama di pulau ini. Banyak perusahaan-perusahaan besar nasional yang berkantor pusat di sini. Selain kota Medan, kota-kota besar lain di pulau Sumatra adalah: Palembang, Sumatra Selatan Bandar Lampung, Lampung Pekanbaru, Riau Batam, Kepulauan Riau Padang, Sumatra Barat Geografis Pulau Sumatra terletak di bagian barat gugusan kepulauan Nusantara. Di sebelah utara berbatasan dengan Teluk Benggala, di timur dengan Selat Malaka, di sebelah selatan dengan Selat Sunda dan di sebelah barat dengan Samudra Hindia. Di sebelah timur pulau, banyak dijumpai rawa yang dialiri oleh sungai-sungai besar yang bermuara di sana, antara lain Asahan (Sumatra Utara), Sungai Siak (Riau), Kampar, Inderagiri (Sumatra Barat, Riau), Batang Hari (Sumatra Barat, Jambi), Musi, Ogan, Lematang, Komering (Sumatra Selatan), Way Sekampung, Way Tulangbawang, Way Seputih dan Way Mesuji (Lampung). Sementara beberapa sungai yang bermuara ke pesisir barat pulau Sumatra di antaranya Batang Tarusan (Sumatra Barat) dan Ketahun (Bengkulu). Di bagian barat pulau, terbentang pegunungan Bukit Barisan yang membujur dari barat laut ke arah tenggara dengan panjang lebih kurang 1500 km. Sepanjang bukit barisan tersebut terdapat puluhan gunung, baik yang tidak aktif maupun gunung berapi yang masih aktif, seperti Geureudong (Aceh), Sinabung (Sumatra Utara), Marapi dan Talang (Sumatra Barat), Gunung Dempo (Sumatra Selatan), Gunung Kaba (Bengkulu), dan Kerinci (Sumatra Barat, Jambi). Di pulau Sumatra juga terdapat beberapa danau, di antaranya Danau Laut Tawar (Aceh), Danau Toba (Sumatra Utara), Danau Singkarak, Danau Maninjau, Danau Diatas, Danau Dibawah, Danau Talang (Sumatra Barat), Danau Kerinci (Jambi) dan Danau Ranau (Lampung dan Sumatra Selatan). Gunung-gunung di Sumatra yang berketinggian di atas 2.500 meter dpl Artikel utama: Daftar gunung di Sumatra Gunung Bandahara, Aceh (3.030 m) Gunung Dempo, Sumatra Selatan (3.159 m) Gunung Geureudong, Aceh (2.885 m) Gunung Kerinci, Sumatra Barat dan Jambi (3.805 m) Gunung Leuser, Aceh (3.172 m) Gunung Marapi, Sumatra Barat (2.891 m) Gunung Perkison, Aceh (2.828 m) Gunung Singgalang, Sumatra Barat (2.877 m) Gunung Talamau, Sumatra Barat (2.912 m) Gunung Talang, Sumatra Barat (2.597 m) Administrasi Provinsi Pemerintahan di Sumatra dibagi menjadi 10 provinsi. Provinsi Ibu kota Gubernur Luas Wilayah (km2) Populasi (2018) Kabupaten/ Kota Logo Peta Aceh Banda Aceh Nova Iriansyah (Plt.) 57.117 5.184.003 23 Coat of arms of Aceh.svg Locator Aceh final.png Sumatra Utara Medan Edy Rahmayadi 72.271 14.753.286 33 Coat of arms of North Sumatra.svg Locator north sumatra.png Sumatra Barat Padang Irwan Prayitno 42.095 5.511.246 19 Coat of arms of West Sumatra.svg Locator west sumatra.png Riau Pekanbaru Syamsuar 89.899 6.013.651 12 Coat of arms of Riau.svg 150px Kepulauan Riau Tanjung Pinang Nurdin Basirun 8.290 1.896.103 7 Coat of arms of Riau Islands.png Locator archriau.png Jambi Jambi Fachrori Umar 49.203 3.477.124 11 Coat of arms of Jambi.svg Locator jambi.png Bengkulu Bengkulu Rohidin Mersyah 19.929 1.975.845 10 Coat of arms of Bengkulu.png Locator bengkulu final.png Sumatra Selatan Palembang Herman Deru 87.102 8.182.597 17 Coat of arms of South Sumatra.svg Locator sumsel final.png Kepulauan Bangka Belitung Pangkal Pinang Erzaldi Rosman Djohan 16.790 1.349.121 7 Coat of arms of Bangka Belitung Islands.svg Locator babel final.png Lampung Bandar Lampung Muhammad Ridho Ficardo 33.843 9.597.375 15 Coat of arms of Lampung.svg Locator lampung final.png Kota besar Berikut 15 kota besar di Sumatra berdasarkan jumlah populasi tahun 2019 (Kemendagri) . No. Kota Provinsi Populasi (2019) Tanggal peresmian 1 Medan Sumatra Utara 2.949.830 1 Juli 1590; 429 tahun lalu 2 Palembang Sumatra Selatan 1.573.898 17 Juni 1683; 336 tahun lalu 3 Bandar Lampung Lampung 1.176.677 17 Juni 1682; 337 tahun lalu 4 Batam Kepulauan Riau 1.063.941 18 Desember 1829; 190 tahun lalu 5 Pekanbaru Riau 900.465 23 Juni 1784; 235 tahun lalu 6 Padang Sumatra Barat 887.675 7 Agustus 1669; 350 tahun lalu 7 Jambi Jambi 610.854 17 Mei 1946; 73 tahun lalu 8 Bengkulu Bengkulu 366.435 18 Maret 1719; 300 tahun lalu 9 Dumai Riau 350,678 20 April 1999; 20 tahun lalu 10 Pematangsiantar Sumatra Utara 282.885 24 April 1871; 148 tahun lalu 11 Binjai Sumatra Utara 282.415 17 Mei 1872; 147 tahun lalu 12 Banda Aceh Aceh 240.462 22 April 1205; 814 tahun lalu 13 Lubuklinggau Sumatra Selatan 226,002 21 Juni 2001; 18 tahun lalu 14 Tanjungbalai Sumatra Utara 167.012 27 Desember 1620; 398 tahun lalu 15 Tebing Tinggi Sumatra Utara 156.815 1 Juli 1917; 102 tahun lalu Kota inti menurut jumlah penduduk

Kalimantan

Kalimantan 

Samarinda, Kalimantan Timur, Kuching, Sarawak, Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Kota Kinabalu,, Sabah Balikpapan, Kalimantan Timur, Pontianak, Kalimantan Barat, Sandakan, Sabah , Tawau, Sabah, Miri, Sarawak, Tarakan, Kalimantan Utara, Palangka Raya, Kalimantan Tengah , Sibu, Sarawak, Banjarbaru, Kalimantan Selatan, Singkawang, Kalimantan Barat , Bontang, Kalimantan Timur, Bandar Seri Begawan, Brunei. 


Kalamantan,atau juga disebut Borneo pada zaman kolonial, adalah pulau terbesar ketiga di dunia yang terletak di sebelah utara Pulau Jawa dan di sebelah barat Pulau Sulawesi. Pulau Kalimantan dibagi menjadi wilayah Indonesia (73%), Malaysia (26%), dan Brunei (1%). Pulau Kalimantan terkenal dengan julukan "Pulau Seribu Sungai" karena banyaknya sungai yang mengalir di pulau ini. Pada zaman dahulu, Borneo—yang berasal dari nama kesultanan Brunei—adalah nama yang dipakai oleh kolonial Inggris dan Belanda untuk menyebut pulau ini secara keseluruhan, sedangkan Kalimantan adalah nama yang digunakan oleh penduduk bagian timur pulau ini yang sekarang termasuk wilayah Indonesia.[6][7] Wilayah utara pulau ini (Sabah, Brunei, Sarawak) untuk Malaysia dan Brunei Darussalam. Sementara untuk Indonesia wilayah Utara, adalah provinsi Kalimantan Utara. Dalam arti luas "Kalimantan" meliputi seluruh pulau yang juga disebut dengan Borneo, sedangkan dalam arti sempit Kalimantan hanya mengacu pada wilayah Indonesia.


Asal usul nama Kalimantan tidak begitu jelas. Sebutan kelamantan digunakan di Sarawak untuk menyebut kelompok penduduk yang mengonsumsi sagu di wilayah utara pulau ini[8]. Menurut Crowfurd, kata Kalimantan adalah nama sejenis mangga (Mangifera) sehingga pulau Kalimantan adalah pulau mangga, namun dia menambahkan bahwa kata itu berbau dongeng dan tidak populer.[9]. Mangga lokal yang disebut klemantan ini sampai sekarang banyak terdapat di perdesaan di daerah Ketapang dan sekitarnya, Kalimantan Barat.

Menurut C. Hose dan Mac Dougall, "Kalimantan" berasal dari nama-nama enam golongan suku-suku setempat yakni Iban (Dayak Laut), Kayan, Kenyah, Klemantan (Dayak Darat), Murut, dan Punan. Dalam karangannya, Natural Man, a Record from Borneo (1926), Hose menjelaskan bahwa Klemantan adalah nama baru yang digunakan oleh bangsa Melayu. Namun menurut Slamet Muljana, kata Kalimantan bukan kata Melayu asli tapi kata pinzaman sebagai halnya kata Malaya, melayu yang berasal dari India (malaya yang berarti gunung).

Pendapat yang lain menyebutkan bahwa Kalimantan atau Klemantan berasal dari bahasa Sanskerta, Kalamanthana yaitu pulau yang udaranya sangat panas atau membakar (kal[a]: musim, waktu dan manthan[a]: membakar). Karena vokal a pada kala dan manthana menurut kebiasaan tidak diucapkan, maka Kalamanthana diucap Kalmantan yang kemudian disebut penduduk asli Klemantan atau Quallamontan yang akhirnya diturunkan menjadi Kalimantan.[10] Terdapat tiga kerajaan besar (induk) di pulau ini yaitu Borneo (Brunei/Barune), Succadana (Tanjungpura/Bakulapura), dan Banjarmasinn (Nusa Kencana). Penduduk kawasan timur pulau ini menyebutnya Pulu K'lemantan[11][12][13], orang Italia mengenalnya Calemantan dan orang Ukraina: Калімантан.

Jika ditilik dari bahasa Jawa, nama Kalimantan dapat berarti "Sungai Intan".[14][15][16]


Sebuah sungai di Kalsel dan transportasi airnya
Sepanjang sejarahnya, Kalimantan juga dikenal dengan nama-nama yang lain. Kerajaan Singasari, misalnya, menyebutnya "Bakulapura" yaitu jajahannya yang berada di barat daya Kalimantan. Bakula dalam bahasa Sanskerta artinya pohon tanjung (Mimusops elengi) sehingga Bakulapura mendapat nama Melayu menjadi "Tanjungpura" artinya negeri/pulau pohon tanjung yaitu nama kerajaan Tanjungpura yang sering dipakai sebagai nama pulaunya. Sementara Kerajaan Majapahit di dalam Kakawin Nagarakretagama yang ditulis tahun 1365 menyebutnya "Tanjungnagara" yang juga mencakup pula Filipina seperti Saludung (Manila) dan Kepulauan Sulu.

Hikayat Banjar, sebuah kronik kuno dari Kalimantan Selatan yang bab terakhirnya ditulis pada tahun 1663, tetapi naskah Hikayat Banjar ini sendiri berasal dari naskah dengan teks bahasa Melayu yang lebih kuno pada masa kerajaan Hindu, di dalamnya menyebut Pulau Kalimantan dengan nama Melayu yaitu pulau "Hujung Tanah". Sebutan Hujung Tanah ini muncul berdasarkan bentuk geomorfologi wilayah Kalimantan Selatan pada zaman dahulu kala yang berbentuk sebuah semenanjung yang terbentuk dari deretan Pegunungan Meratus dengan daratan yang berujung di Tanjung Selatan yang menjorok ke Laut Jawa. Keadaan ini identik dengan bentuk bagian ujung dari Semenanjung Malaka yaitu Negeri Johor yang sering disebut "Ujung Tanah" dalam naskah-naskah Kuno Melayu. Semenanjung Hujung Tanah inilah yang bersetentangan dengan wilayah Majapahit di Jawa Timur sehingga kemudian mendapat nama Tanjungnagara artinya pulau yang berbentuk tanjung/semenanjung.

Sebutan "Nusa Kencana" adalah sebutan pulau Kalimantan dalam naskah-naskah Jawa Kuno seperti dalam Ramalan Prabu Jayabaya dari masa kerajaan Kadiri (Panjalu), tentang akan dikuasainya Tanah Jawa oleh bangsa Jepang yang datang dari arah Nusa Kencana (Bumi Kencana).Memang terbukti sebelum menyeberang ke Jawa, tentara Jepang terlebih dahulu menguasai ibu kota Kalimantan saat itu yaitu Banjarmasin. Nusa Kencana sering pula digambarkan sebagai Tanah Sabrang yaitu sebagai perwujudan Negeri Alengka yang primitif tempat tinggal para raksasa di seberang Tanah Jawa. Di Tanah Sabrang inilah terdapat Tanah Dayak yang disebutkan dalam Serat Maha Parwa.

Sebutan-sebutan yang lain antara lain: "Pulau Banjar" Raden Paku (kelak dikenal sebagai Sunan Giri) diriwayatkan pernah menyebarkan Islam ke Pulau Banjar, demikian pula sebutan oleh orang Gowa, Selaparang (Lombok), Sumbawa dan Bima karena kerajaan-kerajaan ini memiliki hubungan bilateral dengan Kesultanan Banjar; "Jawa Besar" sebutan dari Marco Polo penjelajah dari Italia[19] atau dalam bahasa Arab[20]; dan "Jaba Daje" artinya "Jawa di Utara (dari pulau Madura) sebutan suku Madura terhadap pulau Kalimantan baru pada abad ke-20.

Borneo adalah nama alternatif untuk Pulau Kalimantan dan muncul akibat salah lafal pedagang Portugal[29], yang diikuti oleh orang Eropa lainnya pada abad ke-17 terhadap nama Brunei ("Barune", menurut Negarakertagama atau "Dahak-Waruni". Pada masa itu, Brunei merupakan salah satu pelabuhan dagang penting untuk produk kehutanan. Lorenzo de Gomez yang pertama mengunjungi pulau ini tahun 

Dalam penggunaan internasional, nama "Borneo" yang lebih banyak digunakan. Dalam konteks Indonesia, istilah ini seringkali dipakai untuk merujuk Pulau Kalimantan secara keseluruhan, termasuk Sabah, Sarawak, dan Brunei. Sebagai perbandingan, kata "Kalimantan" (yang sebagian besarnya merupakan bekas wilayah Kerajaan Banjar) dipakai untuk merujuk ke bagian pulau yang diadministrasi oleh Indonesia.




Jawa

Jawa 

Jakarta, DKI Jakarta, Surabaya, Jawa Timur , Bandung, Jawa Barat, Bekasi, Jawa Barat, Tangerang, Banten, Depok, Jawa Barat, Semarang, Jawa Tengah, Bogor, Jawa Barat, Malang, Jawa Timur , Surakarta, Jawa Tengah

jawa

Jawa pulau Jawa (jv) ꦗꦮ (jv) Gunung Merapi 2006-05-14, MODIS.jpg Tempat Java Topography.png Coordenades: falta la latitud Negara Indonesia Ibu kota Daerah Khusus Ibukota Jakarta Kota terbesar Jakarta dan Surabaya Subdivisi administratif [tampilkan] Penduduk Total 160.293.748 (2015) • Kepadatan 1.249,4 orang/km² Bahasa resmi Bahasa dagang dan kreol Melayu, Kangean, Pecok, Bahasa Javindo, Osing, Bahasa Isyarat Indonesia, Bahasa Tengger, Kata Kolok, Bahasa Madura, Betawi, Jawa dan Bahasa Baduy Geografi Bagian dari Kepulauan Sunda Besar dan Asia Tenggara Luas wilayah 128.297 km² Pengukuran 199 km (Amplada) × 1.062 km (Llargada) km Batas perairan Samudra Hindia, Laut Jawa, Selat Bali dan Selat Sunda Ketinggian dpl. 3.676 m ..enllaç=:3.676 m Titik tertinggi Semeru (3.676 m) Sejarah Kejadian penting Serangan Besar di Batavia Informasi tambahan Zona waktu Waktu Indonesia Barat ISO 3166-2 ID-JW Modifica les dades a Wikidata Pulau Jawa (bahasa Jawa: ꦗꦮ, translit. Jåwå, Jawi: جاوا, Pegon: جاوه, Hanzi: 爪哇, bahasa Arab: جاوة‎, bahasa Hindi: जावा, bahasa Tamil: ஜாவா, bahasa Sunda: ᮏᮝ, bahasa Madura: Jhâbâh, bahasa Bali: ᬚᬯ) adalah sebuah pulau di Indonesia dan merupakan pulau terluas ke-13 di dunia. Dengan jumlah penduduk sekitar hampir 160 juta, pulau ini pulau berpenduduk terbanyak di dunia dan merupakan salah satu tempat terpadat di dunia. Meskipun hanya menempati urutan terluas ke-5, Pulau Jawa dihuni oleh 60% penduduk Indonesia. Angka ini turun jika dibandingkan dengan sensus penduduk tahun 1905 yang mencapai 80,6% dari seluruh penduduk Indonesia. Penurunan penduduk di Pulau Jawa secara persentase diakibatkan perpindahan penduduk (transmigrasi) dari pulau Jawa ke seluruh Indonesia. Ibu kota Indonesia, Jakarta, terletak di Jawa bagian Barat Laut (tepatnya di ujung paling barat Jalur Pantura). Jawa adalah pulau yang relatif muda dan sebagian besar terbentuk dari aktivitas vulkanik. Deretan gunung-gunung berapi membentuk jajaran yang terbentang dari timur hingga barat pulau ini, dengan dataran endapan aluvial sungai di bagian utara. Pulau Jawa dipisahkan oleh selat dengan beberapa pulau utama, yakni pulau Sumatra di barat laut, pulau Kalimantan di utara, pulau Madura di timur laut, dan pulau Bali di sebelah timur. Sementara itu di sebelah selatan pulau Jawa terbentang Samudra Hindia. Banyak kisah sejarah Indonesia berlangsung di pulau ini. Dahulu, Jawa adalah pusat beberapa kerajaan Hindu-Buddha, kesultanan Islam, pemerintahan kolonial Hindia Belanda, serta pusat pergerakan kemerdekaan Indonesia. Pulau ini berdampak besar terhadap kehidupan sosial, politik, dan ekonomi Indonesia. Sebagian besar penduduknya bertutur dalam tiga bahasa utama. Bahasa Jawa merupakan bahasa ibu dari 100 juta penduduk Indonesia, dan sebagian besar penuturnya berdiam di Pulau Jawa. Sebagian besar penduduk adalah orang-orang dwibahasa, yang berbahasa Indonesia baik sebagai bahasa pertama maupun kedua. Dua bahasa penting lainnya adalah bahasa Sunda dan bahasa Betawi. Sebagian besar penduduk Pulau Jawa beragama Islam namun tetap terdapat beragam aliran kepercayaan, agama, kelompok etnis, serta budaya di pulau ini. Pulau ini secara administratif terbagi menjadi enam provinsi, yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Banten, serta dua wilayah khusus, yaitu DKI Jakarta dan DI Yogyakarta.

Sulawesi

Sulawesi 

Makassar, Sulawesi Selatan, Manado, Sulawesi Utara, Kendari, Sulawesi Tenggara, Palu, Sulawesi Tengah, Gorontalo, Gorontalo , Bitung, Sulawesi Utara , Palopo, Sulawesi Selatan, Baubau, Sulawesi Tenggara , Parepare, Sulawesi Selatan, Kotamobagu, Sulawesi Utara.

sulawesi


Loncat ke navigasiLoncat ke pencarian "Celebes" beralih ke halaman ini. Untuk lukisan karya Max Ernst, lihat The Elephant Celebes. Sulawesi Sulawesi map.PNG Pembagian Provinsi Sulawesi Topography.png Geografi Lokasi Asia Tenggara Koordinat 02°S 121°EKoordinat: 02°S 121°E Kepulauan Kepulauan Sunda Besar Luas 180.681 km2 Peringkat luas ke-11 Titik tertinggi Rantemario (3,478 m) Pemerintahan Negara Indonesia Provinsi (ibu kota) Sulawesi Utara (Manado) Gorontalo (Gorontalo) Sulawesi Tengah (Palu) Sulawesi Barat (Mamuju) Sulawesi Selatan (Makassar) Sulawesi Tenggara (Kendari) Kota terbesar Makassar (1,339,374 jiwa; Sensus 2010) Demografi Penduduk 18.455.058 jiwa (tahun 2014) Kepadatan 105.7 jiwa/km2 Kelompok etnis Makassar, Bugis, Kaili, Mandar, Minahasa, Gorontalo, Toraja, Buton, Pamona, Mori, Banggai, Saluan, Balantak, Bajau, Mongondow, Muna. Sulawesi, dahulu dikenal sebagai Celebes (/ˈsɛlᵻbiːz/ atau /sᵻˈliːbiːz/), adalah sebuah pulau di Indonesia. Sulawesi merupakan salah satu dari empat Kepulauan Sunda Besar, dan merupakan pulau terbesar kesebelas di dunia, yang terletak di sebelah timur Kalimantan, sebelah barat Kepulauan Maluku, dan sebelah selatan Mindanao dan Kepulauan Sulu, Filipina. Di Indonesia, hanya Pulau Sumatra, Kalimantan dan Papua yang lebih besar luas wilayahnya, dan hanya Pulau Jawa dan Sumatra yang memiliki populasi lebih banyak dari Sulawesi. Bentang alam di Sulawesi mencakup empat semenanjung: Semenanjung Minahasa di bagian utara; Semenanjung Timur; Semenanjung Selatan; dan Semenanjung Tenggara. Ada tiga teluk yang memisahkan semenanjung-semenanjung ini: yaitu Teluk Tomini di antara Semenanjung Minahasa dan Timur; Teluk Tolo di antara Semenanjung Timur dan Tenggara; dan Teluk Bone di antara Semenanjung Selatan dan Tenggara. Selat Makassar membentang di sepanjang sisi barat pulau dan memisahkan pulau ini dari Kalimantan. Daftar isi 1 Etimologi 2 Geografi 2.1 Kepulauan kecil 3 Geologi 4 Sejarah 5 Pemerintahan 5.1 Kota besar 6 Sumber daya alam 6.1 Daftar gunung di Sulawesi 6.2 Empat semenanjung utama 7 Bahasa 8 Bugis-Makassar 9 Lingkungan 9.1 Taman nasional dan cagar alam 10 Lihat juga 11 Catatan 12 Referensi 12.1 Rujukan 12.2 Daftar pustaka 13 Pranala luar Etimologi Nama Sulawesi diperkirakan berasal dari kata dalam bahasa-bahasa di Sulawesi Tengah yaitu kata sula yang berarti nusa (pulau) dan kata mesi yang berarti besi (logam), yang mungkin merujuk pada praktik perdagangan bijih besi hasil produksi tambang-tambang yang terdapat di sekitar Danau Matano, dekat Sorowako, Luwu Timur.[1] Sedangkan bangsa/orang-orang Portugis yang datang sekitar abad 14-15 masehi adalah bangsa asing pertama yang menggunakan nama Celebes untuk menyebut pulau Sulawesi secara keseluruhan. Geografi Gunung Tongkoko adalah sebuah gunung berapi di Sulawesi Utara Sulawesi adalah pulau terbesar kesebelas di dunia, meliputi area seluas 174600 km2 (67413 sq mi). Bagian tengah pulau ini bergunung-gunung dengan permukaan kasar, sehingga semenanjung di Sulawesi pada dasarnya jauh satu sama lain, yang lebih mudah dijangkau melalui laut daripada melalui jalan darat. Ada tiga teluk yang membagi semenanjung-semenanjung di Sulawesi, dari utara ke selatan, yaitu Teluk Tomini, Tolo dan Bone.[n 1] Ketiganya memisahkan Semenanjung Minahasa atau Semenanjung Utara, Semenanjung Timur, Semenanjung Tenggara dan Semenanjung Selatan. Selat Makassar membentang di sepanjang sisi barat pulau ini.[5] Sulawesi dikelilingi oleh Kalimantan di sebelah barat, oleh Filipina di sebelah utara, oleh Maluku di timur, serta oleh Flores dan Timor di selatan.

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *